Agensia Pengendali Hayati

 A.   PREDATOR/PEMANGSA
1.    Belalang Sembah
Belalang sembah mempunyai protoraks yang panjang dengan kaki depan mengalami modifikasi sebagai alat untuk menangkap dan memegang. Mulut menggigit, mata majemuk besar, oseolus biasanya tiga. Kepala kecil berbentuk segitiga, bergerak dengan bebas pada leher. Pada umumnya berwarna hijau, seperti daun, walaupun sebagian ada yang berwarna coklat, kekuningan, merah muda, dan lain-lain. Warna ini disesuaikan dengan habitatnya. Belalang sembah banyak ditemukan di sekitar pertanaman. Telur diletakkan di berbagai bagian tanaman, terutama ranting dan dibungkus oleh bahan seperti busa yang lekat, tiap jenis mempunyai bentuk massa telur yang berbeda. Nimfa muncul serempak, sangat aktif dalam mencari mangsa, kaki depan dalam posisi seperti orang berdoa dan siap untuk menangkap mangsa yang lewat.
2.    Kepik Reduviid
Umumnya kepik memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occelin. Tipe alat mulut menusuk dan menghisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat penusuk dan penghisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas - ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Kepik ini biasa dijumpai di tajuk daun berbagai tanaman budidaya baik di lahan kering maupun basah. Aktif pada siang hari. Dalam mencari mangsa berjalan pelan-pelan di pertanaman, begitu mangsa lewat langsung disambarnya dan diterkam, bersamaan dengan itu menusukkan paruh ke tubuh mangsa sambil mengeluarkan racun sehingga mangsa menjadi lemas, kemudian cairan tubuh mangsa dihisapnya. Bila mangsa besar, mangsa akan dinikmati beramai-ramai oleh beberapa larva. Tahan hidup beberapa hari tanpa makan. Sebagian besar merupakan predator serangga hama, sebagian lagi hidup sebagai hama tanaman, ada yang menggigit manusia. Perkembangannya agak lambat sehingga kurang berperan dalam pengendalian secara biologi

3.    Capung
Capung merupakan jenis hama yang cukup banyak jumlah anggotanya dan mudah untuk dikenali oleh manusia. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena - vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Perkembangan capung adalah sebagai berikut: telur, nimfa merupakan serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk yang sama dengan serangga dewasa(serangga muda mengalami pergantian), imago(serangga dewasa) semua organ tubuh telah berkembang dengan baik termasuk alat perkembangbiakan dan sayap. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga kecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi. Serangga ini terbang cepat sehingga dapat menangkap serangga lain yang sedang terbang. Beberapa jenis capung memakan mangsanya sambil terbang, jenis lainnya hinggap untuk makan. Capung dapat menangkap dan memangsa kutu daun di udara. Capung melewatkan masa remajanya di kolam. Capung betina meletakkan telur di kolam dan telur menetas di dalam air. Nimfa berjalan dari dasar kolam atau merayap diantara tanaman bawah air, menangkap dan memakan binatang kecil, jentik-jentik nyamuk atau kecebong. Jika sudah besar nimfa merayap ke luar air dan melepaskan kulitnya menjadi dewasa.

4.    Lalat Perompak
Ciri dari lalat ini adalah tubuh sebagian besar memanjang dengan abdomen pipih, nampak kokoh. Toraks relatif besar, kokoh dengan kaki panjang. Umumnya berwarna kelabu, coklat, atau hitam. Bagian puncak kepala berbentuk cekung, terletak antara kedua mata faset. Antena terdiri atas tiga ruas, ruas ketiga kadang-kadang membulat atau panjang dan sering dengan sebuah aritas atau stylus. Tarsi dengan 2 telapak kaki. Menyerupai tawon endas. Pada fase larva hidup di tanah, kayu-kayuan, dewasa pada pertanaman di berbagai habitata. Lalat biasanya menunggu mangsa dari tempat tersembunyi, setelah berhasil menangkap mangsa mereka akan kembali ke sarang untuk menikmati mangsanya. Sering memangsa serangga yang ukuran tubuhnya lebih besar. Sangat cepat dalam menyambar mangsa sehingga dikenal sebagai lalat uas. Baik larva maupun dewasa biasanya bertindak sebagai predator.

5.    Tabuhan Pemangsa Ulat
Tawon ini sudah dikenal umum.Ada bermacam-macam dengan panjang sekitar 1 cm sampai 4 cm. Tawon ini membuat sarang dari kertas atau tanah untuk memelihara anaknya. Sengatannya menyakitkan. Tawon ini efektif untuk memburubanyak jenis ulat termasuk ulat jengkal. Ia mampu menangkap ulat besar. Macam-macam serangga lain juga dimakan oleh tawon ini. Selain serangga, dia juga makan sari madu dari bunga. Tawon kertas ini adalah serangga sosial yang membuat sarang dari kertas.Seperti semut, masyarakat tabuhan kertas inidikuasai oleh ratu. Kertasnya di produksi tawon ini dengan cara mengunyah kulit pohon. Ratu tawon meletakkan sebutirtelur dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva   yang  diberi    makan  oleh  kaum  pekerja  didalamsarang. Telur menetas dan tawon pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva. Madu juga dibawa untuk makanan larva.Setelah keluar dari kepompong, tabuhan ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.

6.    Kepik Pemangsa Ulat
Kepik yang bertanduk dua ini adalah pemangsa ulat-ulat pemakan daun teh. Jenis kepik ini panjangnya antara 12 dan 16 mm. Bila kepik menemukan ulat, ia membuka alat mulutnya yang seperti sedotan dan menusukkan jarumnya ke dalam tubuh ulat untuk mengisap cairannya. Kepik ini merupakan pemangsa hama, antara lain ulat jengkal dan ulat penggulung daun. Kepik ini merupakan pemburu yang sangat efektif. Kepik ini meletakkan kumpulan telur pada permukaan daun. Nimfa kepik bentuknya mirip dengan dewasa, tetapi lebih kecil dan tidak mempunyai sayap sempurna, jadi tidak dapat terbang. Debu dan kotoran menempel pada badan beberapa jenis kepik, sehingga menjadi tersamar. Kepik dewasa berwarna coklat dengan garis putih pada pinggirnya, dan bintik putih pada punggungnya. Kepik ini bisa ditemukan di pertanaman budidaya, baik lahan basah maupun lahan kering, seperti lombok, kentang, kapas, jagung, dan berbagai tanaman leguminosa. Telur yang berbentuk seperti tong diletakkan pada permukaan atas atau bawah daun, berkelompom. Bila diganggu akan mengeluarkan bau-bauan yang tidak enak. Nimfa dan dewasa bergerak lamban. Ada yang bersifat predator, hama tanaman ataupun kedua-duanya yaitu sebagai predator dan hama.

B.    PARASITOID
1.    Parasitoid Ichneumonid
Serangga yang termasuk genus Xanthopimla merupakan lebah yang kuat, berukuran sedang berwarna kuning oranye dengan bintik-bintik di setiap ruas abdomen. Tubuhnya bertekstur kasar. Alat peletak telur berwarna hitam, dan tidak terlalu kuat terbang. Bila larva telah siap menjadi kepompong, larva parasit meninggalkan larva inang yang sudah mati dan kemudian memintal kokon berwarna putih di dekatnya. Kumpulan kokon biasanya terdapat di bagian atas daun, di luar gulungan daun. Dalam kondisi terbuka dan rawan, kepompong hanya bertumpu pada kulit sutera pelindung yang menutupinya dan digunakan sebagai pertahanan terhadap kekeringan, predator dan parasit lain yang mengganggunya. Inang dari serangga ini adalah penggulung daun. Serangga ini merusak pupa penggulung daun dengan menghisap cairan tubuh inang. Sehingga inang akan kehabisan cairan dan mati.

2.    Parasitoid Braconid
Merupakan lebah kecil berwarna hitam. Pangkal kaki belakang berwarna kuning coklat hingga merah. Dijumpai terutama di sekitar padi sawah. Serangga betina meletakkan telur 1-20 telur di setiap larva inang. Parasit yang belum dewasa memakan tubuh inang dari dalam. Menjelang menjadi kepompong, larva muncul dari sisi tengah tubuh inang yang mati dan membuat kokon yang saling tumpang tindih di dekat atau di bawah inang. Semua larva Cptesia mulai memintal kokon sutera putih sebagai pelindung sebelum larva seluruhnya keluar dari tubuh inangnya. Imago hidup selama 5-7 hari. Inang larva Cotesia adalah penggerek batang padi dan ulat jengkat hijau.

3.    Lalat Tachinid
Lalat Tachinid seperti lalat rumah yang berbulu tebal. Tempayak Tachinid ada di dalam ulat atau binatang lain. Lalat ini digunakan untuk mengendalikan hama secara hayati. Lalat Tachinid hinggap di atas ulat dan meletakkan telur di atas ulat atau ke dalam tubuhnya. Ulat berusaha menghindar, tapi telur dimasukkan dengan cepat. Jenis Tachinid lainnya meletakkan ribuan telur atau larva pada daun yang dimakan oleh ulat. Jika telur itu sampai ke perut ulat, menetas dan larva mulai makan ulat dari dalam,  maka ulat akan mati.

4.    Parasitoid Telur Trichogramma
Parasitoid telur Trichogramma memiliki panjang tubuh 0,75 mm dengan tubuh berwarna hitam dan mata merah yang khas. Tarsus dengan tiga ruas. Sayap depan sangat lebar dengan rambut-rambut yang membentuk garis, vena marginal dan stignal membentuk kurva tunggal. Sayap belakang sempit dan berambut apabila dipelihara pada suhu 30o C dan kelembapan 80% tubuh berwarna cokelat kehitaman, rambut-rambut pada sayap depan panjang, ovipositor keluar di ujung abdomen. Imago jantan mempunyai antenna berbentuk clavus dengan 30-40 rambut, tiap rambut panjangnya 3 kali lebar antenna. Ovipositor pada betina hampir satu setengah kali lebih panjang daripada tibia belakang yang memungkinkan betina untuk meletakkan telur ke dalam telur yang tertutup bulu. Ukuran telur sekitar 0,31mm. rasio jenis kelamin dewasa jantan dan betina adalah 1:2,3. Parasitoid ini merupakan parasitoid yang hidup berkelompok. Ciri dari parasitoid ini adalah tubuhnya sangat kecil, agak pendek, dengan ukuran beragam. Satap sempit, ujungnya berumbai-rumbai, rambut yang tidak begitu panjang, biasanya dalam deretan, kadang-kadang bermata merah. Serangga memarasit telur dengan cara menghisap cairan dalam telur.

C.    PATOGEN
1.    Metharhizium anisopliae (Jamur Entomopatogen)
Cendawan ini menginfeksi wereng, kumbang dan kepinding. Pada kelembaban tinggi, spora akan berkecambah dan tumbuh di dalam badan serangga kemudian mengisap isi badan inang. Setelah inang mati, cendawan terus berkembang hingga tampak warna putih pada sambungan-sambungan badan inang. Bila spora terbentuk, cendawan berubah menjadi hijau gelap (M. anisopliae). Spora ini bisa menyebar dengan bantuan air atau angina. infeksi oleh jamur ini mengakibatkan kemampuan makan pada uret menurun dan timbul bintik coklat pada bagian integumen tetapi larva masih tetap hidup. Larva yang telah mati tubuhnya mengeras, kaku, dan busuk kering, serta keluar konidia berwarna kelabu. Tubuh larva berwarna putih karena cendawan berkembang memebentuk hifa dan akan berwarna hijau pada saat spora terbentuk. Penularan jamur ini dapat melalui persinggungan atau masuk melalui makanan. Jamur ini dapat diperbanyak secara konvensional dengan menggunakan media jagung atau beras kemudian disebar dalam sarang-sarang uret.

2.    Biakan Bakteri Entomopatogen Bacillus thuringingiensis (BT)
Sel vegetatif B. thuringiensis mengandung endospora dan kristal toksin protein (delta endotoksin) yang juga dikenal sebagai cry protein. Kebanyakan produk Bt komersial mengandung campuran spora dan toksin protein, namun beberapa hanya mengandung komponen toksinnya saja. Kristal toksin adalah protoksin yang harus diaktifkan sebelum mempunyai efek beracun. Di dalam usus serangga, kristal protein larut pada kondisi pH tinggi (pH 10,5) dan dipecah oleh enzim protease sehingga menghasilkan toksin aktif. Toksin aktif akan terikat pada sel-sel epitel usus, menciptakan lubang-lubang di dalam sel membran dan mengakibatkan ketidakseimbangan ion. Selanjutnya terjadi kelumpuhan usus, sel-sel epitel mengalami lisis, dan isi usus masuk ke dalam rongga tubuh. Dalam waktu 10-15 menit setelah infeksi serangga berhenti makan. Serangga segera mati karena aktivitas racun atau kelaparan, atau dapat pula mati dalam 2-3 hari karena efek septisemia. Insektisida Bt untuk mengendalikan larva kupu-kupu dan ngengat adalah formulasi dari strain (varitas atau subspesies) B. thuringiensis var. kurstaki (Btk)

3.    Biakan Nematoda Entomopatogen Steirnema spp.
Larva nematoda pada stadium tiga yang hidup bebas di luar ianang merupakan satu-satunya stadium yang mampu menginfeksi serangga inang. Stadium ini disebut juvenile infektif. Nematoda sendiri dapat mematikan inang tetapi daya reproduksinya rendah bila tanpa bakteri simbionnya. Keefektivan nematoda ditentukan oleh patogenitasnya. Sedangkan patogenitas dipengaruhi oleh mekanisme infeksi. Kematian serangga sasaran karena infeksi nematoda melalui permukaan kulit lebih lambat dibanding dengan infeksi melalui mulut. Infeksi nematoda malalui mulut menyebabkan kematian pada hari kedua setelah infeksi, sedangkan melalui kulit pada hari kelima.

4.    Virus SI-NPV
Nuclear Polyhedrosis Viruses (NPV).Virus ini biasanya menyerang ulat grayak dan ulat tanah. Larva terinfeksi karena memakan daun tanaman yang mengandung virus. Bila virus telah menyebar dalam tubuh inang, gerakan inang menjadi lamban dan berhenti makan, kemudian larva menjadi putih, lalu berwarna kegelapan, serta posisi badan seolah-olah menggantung pada daun padi dan bertumpu pada kaki. Badan larva mengeluarkan tetesan cairan yang berisi virus sehingga terjadilah proses penyebaran virus.