Struktur Komunikasi Petani
Interaksi
Sosial dan Komunikasi Petani
a) Interaksi Sosial dan
Komunikasi Antar Petani
Salah satu tujuan
utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga
tentang corak usahatani, bagaimana petani memilih kombinasi pembudayaan tanaman
dengan ternak, teknik dan strategi apa yang harus diterapkan. Jadi petani membutuhkan
interaksi sosial terhadap petani lain.
Dengan adanya interaksi sosial, petani bisa mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang cara bertani dari petani lain. Hal ini tentu saja menjadi
pelajaran terpenting bagi petani karena dengan adanya interaksi antar sesama
petani, diharapkan nantinya petani bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan
tentang cara bertani yang baik dan benar sehingga petani dapat mengkaji dan
menerapkannya dalam sistem pertanian mereka agar didapatkan produktivitas hasil
pertanian mereka yang maksimal.
b) Interaksi Sosial dan
Komunikasi Antara Petani dengan Penyuluh
Penyuluh pertanian
merupakan suatu lembaga sosial yang bergerak dalam bidang pertanian dimana
penyuluh pertanian ini bertugas memberikan informasi dan keterampilan tentang
pertanian kepada para petani. Selain itu, Penyuluh disini bertugas menampung
seluruh aspirasi dan permasalahan yang ada pada petani tentang pertanian
mereka. Mulai dari permasalahan dalam bercocok tanam, serangan hama dan
penyakit, serta permasalahan dalam pemilihan bibit unggul. Jika petani tidak
dapat memecahkan masalahnya maka produktivitas hasil pertanian mereka tidak
dapat menghasilkan secara maksimal.
Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, interaksi sosial dan
komunikasi para petani dengan penyuluh pertanian sangat penting adanya agar
berbagai permasalahan tentang pertanian dapat terpecahkan sehingga
produktivitas hasil pertanian para petani dapat maksimal dan kesejahteraan
petani dapat terwujud.
c) Interaksi Sosial dan Komunikasi
Antara Petani dengan Keluarga
Sebelum petani melakukan proses sosialisasi dengan masyarakat pertanian
lainnya, interaksi sosial akan terlebih dahulu terjadi di keluarga petani
tersebut. keluarga disini tampat keluh kesah petani dalam kehidupannya. Mulai
dari masalah dari segi psikis, ekonomi, dll keluargalah yang membantu petani
dalam menyelesaikan masalahnya.
d) Interaksi Sosial dan
Komunikasi Antara Petani dengan Kelembagaan
Lembaga merupakan
adalah pelaku atau wadah untuk menjalankan satu atau lebih kelembagaan,
memiliki struktur yang tegas dan diformalkan. Adanya lembaga disini berfungsi
untuk memberi pedoman pada msyarakat bagaimana harus berbuat dalam menghadapi
permasalahan di masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok manusia,
menjaga keutuhan masyarakat, memberikan pegangan pada masyarakat untuk
mengadakan sistem pengendalian sosial (sosial control) yang merupakan
pengawasan masyarakat terhadap perilaku anggotanya.
Dengan adanya fungsi
dari lembaga tersebut, interaksi sosial dan komunikasi para petani dengan
lembaga tersebut perlu adanya. Misalnya, Lembaga sosial seperti Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Lembaga masyarakat ini bertujuan untuk menampung seluruh
aspirasi masyarakat yang nantinya berbagai permasalah yang ada dapat
terpecahkan.
Pengaruh Interaksi dan Proses Sosialisasi pada Perkembangan Manajemen Usaha
Tani
Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu,
individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa
adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama. Proses sosialadalah suatuinteraksi atau hubungan timbal
balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang
hidupnya didalam amasyarakat. Proses sosial diartikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial
saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.
Padainteraksi sosial
terjalin hubungan erat yang akan menciptakan keselarasan sosial. Oleh karena
itu, interaksi social berpengaruh besar terhadap terbentuknya keselarasan
social masyarakat yang bersangkutan. Melalui interaksi
sosial, manusia saling bekerja sama,
menghargai, menghormati, hidup rukun, dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut
mampu menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang
mendorong munculnya keselarasan
sosial. Keteraturan sosial merupakan suatu
kondisi yang sendi-sendi kehidupan bermasyarakatnya berjalan tertib dan teratur
sehingga tujuan kehidupan bermasyarakat dapat tercapai.
Berikut beberapa
pengaruh akibat adanya interaksi dan proses sosialisasi terhadap perkembangan
petani dan masyarakat:
·
Amalgamasi
Dengan adanya penyatuan kelompok buruh tani yang terjadi di desa
menimbulkan kebudayaan masyarakat baru, yaitu masyarakat yang lebih peduli
terhadap inovasi-inovasi baru yang mendorong majunya pertanian mereka sehingga
memungkinkan terpecahnya berbagai masalah pertanian seperti: hama dan penyakit
tanaman melalui obat-obat kimia modern yang dapat meningkatkan hasil panen
mereka. Jadi perbedaan kebudayaan di desa ringinanyar yang terjadi akibat
heterogennya daerah asal penduduk, menimbulkan inovasi-inovasi baru dari saling
bertukarnya pengalaman diantara mereka.Kemudian timbulah kebudayaan baru
diantara mereka sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian di desanya.
·
Asimilasi
Dari kelompok buruh tani yang beranggotakan masyarakat dari berbagai
desa dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda-beda, petani ini
berusaha untuk mengurangi perbedaan dengan saling toleransi dan menghormati
sehingga terbentuklah suatu kelompok sosial yang dinamis. Demi tercapainya
tujuan bersama, yaitu memajukan pertanian di desa mereka.
·
Konflik
Tidak jarang kelompok sosial buruh
tani di berbagai desa mengalami suatu konflik baik yang bersifat individual
maupun kelompok.Konflik yang bersifat individu biasanya terjadi karena adanya
perselisihan personal diantara mereka.Sebagai contoh yaitu perebutan pengairan
diladang sawah mereka yang biasanya terjadi di musim kemarau, masalah ini
biasanya dapat menimbulkan konflik diantara petani yang juga dapat terbawa di
dalam kelompok sosial mereka. Di dalam kelompok biasanya mereka saling menjatuhkan
dan mencari kawan dalam kelompok yang bisa mengakibatkan konflik yang lebih
besar yaitu konflik kelompok di dalam kelompok sosial mereka.Itulah dampak
negatif yang bisa timbul dari adanya kelompok sosial. Tidak jarang juga konflik
tersebut diakibatkan karena adanya desosialisasi antar petani desa maupun
masyarakat desa. Proses desosialisasi mengakibatkan antar petani saling acuh
tak acuh.
Pengembangan Kelembagaan
Lembaga di pedesaan lahir untuk
memenuhi kebutuhan sosialmasyarakatnya. Sifatnya tidak linier, namun cenderung
merupakan kebutuhanindividu anggotanya, berupa : kebutuhan fisik, kebutuhan
rasa aman,kebutuhan hubungan sosial, pengakuan, dan pengembangan
pengakuan.Manfaat utama lembaga adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi
kehidupan sosial masyarakat, dan sebagai kontrol sosial, sehingga setiap orang
dapat mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat.
Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
oleh suatu kelembagaan petani agar tetap eksis dan berkelanjutan adalah prinsip
otonomi (spesifik lokal). Pengertian prinsip otonomi disini dapat dibagi
kedalam dua bentuk yaitu :
a) Otonomi individu.
Pada tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi adalah mengacu padaindividu
sebagai perwujudan dari hasrat untuk bebas yang melekat pada diri manusia
sebagai salah satu anugerah paling berharga dari sang pencipta. Kebebasan
inilah yang memungkinkan individu-individu menjadi otonom sehingga mereka dapat
mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara
optimal. Individu-individu yang otonom ini selanjutnya akan
membentuk komunitas yuang otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta
unggul.
b) Otonomi desa (spesifik
lokal).
Pengembangan
kelembagaan di pedesaan disesuaikan dengan potensidesa itu sendiri (spesifik
lokal). Pedesaan di Indonesia, disamping bervariasi dalam kemajemukan sistem,
nilai, dan budaya; juga memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang dan
beragam pula. Kelembagaan, termasuk organisasi, dan perangkat-perangkat aturan
danhukum memerlukan penyesuaian sehingga peluang bagi setiap warga masyarakat
untuk bertindak sebagai subjek dalam pembangunan yang berintikan gerakan dapat
tumbuh di semua bidang kehidupannya. Disamping itu, harus juga memperhatikann
elemen-elemen tatanan yang hidup di desa, baik yang berupa elemen lunak (soft
element)seperti manusia dengan sistem nilai, kelembagaan, dan teknostrukturnya,
maupun yang berupa elemen keras (hard element) seperti lingkungan alam dan
sumberdayanya, merupakan identitas dinamis yang senantias menyesuaikan diri
atau tumbuh dan berkembang
Faktor Sosial dan Komunikasi Petani dalam Berusaha Tani
Masyarakat desa
masih mempunyai sosial budaya yang sangat kental. Oleh karena itu pada
aktivitas sehari hari mereka selalu berkomunikasi dengan baik karena mereka adalah
kumpulan manusia yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Masyarakat desa
kebanyakan berprofesi sebagai petani. Baik petani yang mengolah lahannya
sendiri maupun sebagai petani buruh. Keadaan inilah yang membuat mereka selalu
mempunyai hubungan yang erat karena seprofesi. Interaksi antarpetani sering
terjadi diantara mereka. Ketika mereka sedang melakukan kegiatan usahatani,
banyak sekali informasi-informasi yang saling mereka tukar, baik informasi
mengenai pertanian maupun non-pertanian. Adanya pertukaran informasi dalam
berusahatani ini membawa dampak yang positif. Kegiatan usahatani dapat lebih
berkembang karena adanya informasi-informasi baru yang berasal dari individu
petani yang dapat memajukan kegiatan usahatani mereka. Pertukaran informasi ini
merupakan sebuah pembelajaran bagi masyarakat petani, sehingga semakin sering
dan intens mereka berinteraksi dan berkomunikasi, semakin banyak hal-hal baru
yang dapat mereka pelajarai, sehingga akan berdampak positif terhadap kegiatan
usahatani mereka.
Perkembangan Teknologi Dan Informasi Petani
Dalam hal ini, kami
menyebutnya dalam kelompok Late Majority. Yaitu kelompok yang
lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada disitu saja, tidak berjalan maju ke depan.
Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal mengadopsi
sesuatu hal baru yang asing bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk
mengadopsi atau menerapkan suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti
teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan telah
diterapkan oleh kebanyakan orang. Rendahnya tingkat pendidikan petani
menyebabkan kemampuan dalam menyerap informasi dan mengadopsi teknologi relatif
sangat terbatas sehingga menghasilkan produk yang berkualitas rendah.
Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan petani berakibat pada
rendahnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya.
Rendahnya soft skill
(kemampuan petani dalam bekerja sama dan kurangnya motivasi untuk meningkatkan
mutu/nilai tambah produk yang dihasilkannya) mendorong rendahnya kinerja
pembangunan pertanian secara keseluruhan. Petani yang semula dijadikan obyek
dalam pembangunan, sudah sepantasnya untuk saat ini dijadikan sebagai subyek
pembangunan. Fokus pembangunan pertanian yang diarahkan pada petani tidak
terlepas dari tuntutan perubahan pola pikir petani dalam berusaha tani maupun
dukungan dari agen pembaharuan dan peran pemerintah yang secara tidak langsung
mendukung pola usaha tani agar dapat bersaing dalam iklim global.
Dengan demikian
strategi komunikasi pembangunan pertanian menggunakan model komunikator
pendukung pembangunan (Development Support Communicator) memusatkan pada
penyusunan posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada penyusunan
posisi-posisi yang sejajar, tidak memusatkan pada media, sebaliknya
mengembangkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Komunikator berperan
sebagai mediator antara tenaga ahli dan pemanfaat pembangunan, sehingga
kesenjangan informasi antara tenaga ahli dengan pemanfaat pembangunan dapat
dikurangi.
Strategi Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu kunci penting yang menentukan berhasil
tidaknya penyuluh dalam menyampaikan materi-materi tentang pertanian di
masrayakat pedesaan. Seringkali, penyuluh hanya mempresentasikan apa yang ada
di dalam pikirannya, mempresentasikan suatu materi dengan banyak tulisan dan
kata-kata yang sulit dimengerti oleh petani pada umumnya. Materi yang
dipresentasikan pun terkadang sulit diterima oleh target penyuluh, karena
materi yang disampaikan kurang memperhatikan aspek psikologis dan akademis.
Untuk itu, agar materi-materi yang berisi temuan-temuan teknologi baru mengenai
pertanian dapat diterima sesuai sasarannya, hendaknya penyuluh
memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Bahasa yang digunakan tidak harus baku atau mudah dimengerti.
Petani (target penyuluh) akan lebih menghargai penyuluh apabila mampu
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh petani, seperti bahasa daerah di
daerah tersebut. Tutur kata yang halus disertai canda tawa adalah hal yang
paling disukai petani, sehingga nantinya diharapkan petani dapat mengerti
mengenai materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh.
2.
Memperhatikan strata sosial suatu masyarakat pedesaan dalam melakukan
penyuluhan.
Dalam mempresentasikan suatu temuan-temuan baru, penyuluh hendaknya
memperhatikan, kepada siapa temuan-temuan tersebut dipresentasikan. Bila
dipresentasikan kepada kaum petani, hendaknya penyuluh menggunakan bahasa lokal
yang mudah dimengerti, sehingga memudahkan petani untuk memahami dan mengadopsi
temuan-temuan baru tersebut. Bila dipresentasikan kepada kaum terpelajar di
desa tersebut, penyuluh dapat menggunakan bahasa-bahasa ilmiah dalam
menyampaikan temuan-temuannya tersebut, karena kaum terpelajar mampu memahami
bahasa-bahasa ilmiah yang disampaikan oleh penyuluh.
3.
Materi presentasi sebaiknya lebih banyak berupa visual daripada tulisan.
Umumnya, penyuluh hanya mempresentasikan suatu materi/ temuan-temuan
barunya dengan lebih banyak tulisan daripada gambar, sehingga terkadang petani
merasa bosan dengan materi tersebut. Berawal dari rasa bosan, petani menjadi
tidak tertarik dengan materi/ temuan tersebut, walaupun sebenarnya
materi/temuan tersebut sangat bagus. Dengan menggunakan metode visual
presentation yg lebih banyak berupa gambar, petani akan lebih tertarik dan
memahami mengenai temuan-temuan baru tersebut, sehingga pada akhirnya petani
menjadi yakin untuk mengadopsi temuan-temuan baru yang disampaikan oleh
penyuluh.