Tanda Serangan Hama Tanaman Pangan
Penggerek batang padi (Sesamia inferensi/Scirpopphaga incertulas)
Sesuai dengan fase
penyerangannya, hama ini menimbulkan 2 gejala yaitu sundep dan beluk. Sundep
menyerang fase vegetatif pada tanaman muda (belum ada malai). Daun muda mngerut
layu atau mengering menunjukkan bahwa pangkal daun termuda telah terpotong.
Anakan padi yang muda mengering dan mati setelah penggerek memotong bagian
batang di bawah titik tumbuh. Daun muda menggulung berwarna kuning kecokelatan,
mudah dicabut, di pangkal terdapat bekas gigitan ulat. Sedangkan tanda serangan
Beluk adalah malai yang hampa berwarna agak putih sampai putih abu-abu yang
berarti telah menyerang pada fase booding (bunting). Penyerangan penggrek dapat
pula terjadi segera setelah timbulnya malai dan menyebabkan matinya malai
walaupun sebagian butir gabah terisis (Soemartono et al., 1974).
Penggerek tongkol
jagung (Helicoverpa armigera)
Gejala serangan dari Ulat Penggerek
Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera) diperoleh
tongkol yang terserang berlubang lubang dan jagung menjadi kuning. Pada lubang bekas gerekan hama ini terdapat kotoran
hama tersebut. Selain pada jagung, ulat Helicoverpa armigera
dapat juga menyerang cantel, tembakau, kapas, tomat dan kentang. Gejala
serangan ulat penggerek tongkol dimulai pada saat pembentukan kuncup bunga,
bunga dan buah muda. Larva masuk ke dalam buah muda, memakan biji-biji jagung,
karena larva hidup di dalam buah, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui
dan sulit dikendalikan dengan insektisida (Sarwono, 2003).
Ulat grayak pada
kedelai (Spodoptera litura)
Ulat grayak memakan daun dan memakan polong-polong
yang masih muda. Daun yang diserang ulat grayak berlubang-lubang, kemudian
menjadi robek-robek. Pada serangan berat, daun tinggal tulang-tulangnya saja.
Ulat grayak menyerang tanaman pada malam hari. Pada siang hari, ulat grayak
bersembunyi di dalam tanah atau di tempat-tempat teduh seperti di balik daun.
Ulat grayak memiliki kemampuan merusak tanaman kedelai sangat besar. Seekor
ulat dewasa yang hidup pada tanaman umur 1-2 minggu dapat menyebabkan tanaman tidak
berbuah sama sekali. Bagian tanaman yang diserang ulat grayak terutama daun.
Larva muda secara bergerombol makan epidermis bawah daun, menimbulkan gejala
transparan, yang tersisa hanya tulang-tulang daun dan epidermis bagian atas,
daun yang rusak tampak berwarna keputih-putihan. Serangan pada tanaman muda
dapat menghambat pertumbuhan dan dapat mematikan tanaman. Hama ini
menyerang tanaman kedelai dengan memakan daunnya. Hama ini menyerang pada fase
larva yaitu dengan memakan daun hingga daun menjadi sobek, berlubang dan tampak
transparan (Suyanto, 1994).
Kepik penghisap bulir padi (Leptocorisa oratorius)
Nimfa dan imago menghisap bulir padi pada fase matang susu. Serangga ini
juga dapat menghisap cairan batang padi. Tidak seperti kepik lain, walang sangit
tidak melubangi bulir padi pada waktu menghisap, tetapi menusuk melalui rongga
di antara lemma dan palea. Nimfa lebih aktif daripada imago,
tetapi imago dapat merusak lebih hebat karena hidupnya yang lebih lama.
Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang
menjadi hampa karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji
yang sedang tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang sangit
juga masih dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan
cara mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya walang
sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan biji
berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini lebih bersifat kualitatif.
Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan rapuh dan mudah patah. Walang
sangit juga bisa menjadi vektor patogen Helminthosporium oryzae (Harahap
dan Tjahjono, 1989).
Hama puru daun padi (Pachydiplosis
oryzae)
Gejala serangan larva serangga ganjur memakan tanaman
padi pada titik tumbuh yang menyebabkan daun tumbuh berbentuk gulungan seperti
daun bawang (puru/pentil). Pada titik tumbuh inilah larva makan dan berlindung
sehingga titik tumbuh rusak. Timbulnya puru diduga disebabkan oleh senyawa
kimia yang dihasilkan oleh larva pada saat memakan titik tumbuh. Puru mulai
tampak 3-7 hari setelah larva mencapai titik tumbuh, puru yang telah berkembang
sempurna berdiameter 1-2 mm dan panjang 10 - 30 mm. Perkembangan optimum
terjadi pada kelembaban nisbi 80% suhu antara 25 - 30 derajat C, cuaca mendung
dan hujan gerimis. Serangan berat terjadi pada musim hujan terutama untuk
tanaman yang terlambat tanam, umumnya dijumpai didaerah sawah irigasi maupun
tadah hujan (Urip, 2012).