kenangan sebuah layang-layang
Suatu sore yang cerah. Hijaunya tumput terhampar indah. Juga langit yang masih kokoh membiru dengan beberapa awan yang merekah. Ditambah dengan angin sepoi yang meniupkan suasana damai.
Dia berdiri di sana, seorang gadis kecil, bersama ayahnya. Dia begitu
ceria. Terlihat gores senyum tergambar jelas di wajahnya. Bercanda asyik dengan
sang ayah, sambil melantunkan lagu-lagu yang disukainya.
Mereka lalu duduk. Sang ayah memberikan kepadanya selembar kertas, sepotong kayu, dan juga segulung benang. Gadis kecil itu hanya terdiam. Dalam benaknya masih bertanya-tanya untuk apa kertas, kayu dan benang itu.
Mereka lalu duduk. Sang ayah memberikan kepadanya selembar kertas, sepotong kayu, dan juga segulung benang. Gadis kecil itu hanya terdiam. Dalam benaknya masih bertanya-tanya untuk apa kertas, kayu dan benang itu.
Lalu sang ayah menunjukkan dan mengajarkan gadis kecil tersebut
merangkai ketiga bahan itu. Akhirnya jadilah sebuah layang-layang. Walaupun
proses pembuatannya tidaklah mudah.
Layang-layang itu memerlukan keseimbangan agar bisa terbang. Begitu
pula hidup ini, harus seimbang. Menempatkan proporsi yang pas antara hak dan
kewajiban.
Layang-layang pun siap diterbangkan. Sang ayah menyuruh gadis kecilnya
untuk menerbangkan layang-layang itu. Dengan sigap, gadis kecil itu mengambil
layang-layang yang masih berada di tangan ayahnya.
Gadis kecil itu berusaha menerbangkan layang-layang itu agar
mengangkasa. Dia berlari kesana kemari tanpa henti. Hingga pada suatu ketika
tersandung sebuah kerikil kecil. Lalu dia berhenti berlari. Sang ayah hanya
tersenyum. Membiarkan gadis kecil itu bangkit sendiri.
Jika terjatuh lalu berhenti. Maka sama saja tidak akan pernah melihat
layang-layang itu terbang tinggi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan
yang diinginkan terkadang memang tidak mudah. Kegagalan itu memang harus
ditemui, untuk mengajarkan bagaimana bangkit dan berdiri lagi.
Gadis kecil itu kembali berlari dan berhasil menerbangkan layang-layang
tersebut. Wajah yang luar biasa ceria tergambar jelas di wajahnya. Duduk di
samping ayahnya sambil memandangi dengan bangga layang-layang yang berhasil
mengudara.
Memang terkadang kebahagiaan itu tak harus dengan sesuatu yang mewah,
berada di samping orang terkasih, adalah suatu anugerah yang sangat luar
biasa. Bisa mengumpulkan waktu yang terserak diantara kesibukan dan rutinitas orang
tua, itu adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan apapun.
Gadis kecil yang polos. Terkadang sering manja ketika ayah di sisinya.
Ya begitulah anak-anak, bagaimanapun, menurutnya kasih sayang orang tua itu
sangat penting.
Mungkin ada angan jauh kedepan yang terbersit dalam benak gadis kecil
itu. Suatu saat, dia ingin apa yang didapatkannya saat ini, kelak juga bisa
didapatkan oleh malaikat-malaikat kecilnya.
Kelak jika suatu saat dia telah dewasa dan dititipi oleh
malaikat-malaikat kecil dari Tuhan, dia juga berkeinginan agar bisa
menyempatkan waktu diantara kesibukannya dan mencurahkan kasih sayangnya kepada
malaikat-malaikat kecil tak bersayapnya.
Terbangun dari angan dan lamunan, gadis kecil itu mengulur kembali
benangnya. Membuat layang-layang semakin tinggi mengudara. Namun dia mendapati
bahwa layang-layangnya semakin goyah diterpa angin. Dia mulai panik.
Di saat itu, ayahnya menasehatinya dan menenangkannya. Begitulah orang
tua, selalu senantiasa mengarahkan dan menjaga anaknya agar tetap menjadi yang
terbaik.
Tenang juga merupakan hal penting yang dilakukan ketika menghadapi
masalah. Jangan gegabah. Sesuatu yang dihadapi dengan tenang akan menghasilkan
keputusan yang matang.
Kedua bola mata bening gadis kecil itu tak bisa lepas memandang
layang-layang yang diterbangkannya. Diperhatikannya sekali lagi, layang-layang
yang semakin terbang tinggi itu semakin tak terkendali. Terombang-ambing oleh
angin yang kesana-kemari. Semakin tinggi megudara, maka angin akan semakin
kencang.
Barangkali sama dengan hidup ini, semakin usia itu bertambah, masalah
yang dihadapi itu akan semakin kompleks. Namun tinggal bagaimana langkah untuk
mengatasi masalah tersebut. Dengan masalah, mengajarkan bagaimana untuk
bertahan dan membuat naik ke level selanjutnya. Pendewasaan.
Kalau tidak diuji, bagaimana bisa membuktikan bahwa kamu telah teruji?
Itulah mengapa kita harus mendapat ujian, bahkan dalam kehidupan. Dan bersama kesulitan itu pasti akan
selalu ada kemudahan yang menyertainya.
Kemudian pada suatu ketika, gadis itu mendapati layang-layangnya putus
dari benangnya. Lalu tangis pun pecah seketika. Dia sedih, merasa apa yang
dimilikinya hilang begitu saja.
Sang ayah berusaha menenangkannya. Namun gadis kecil itu masih belum
bisa merelakan layang-layangnya hilang. Sekuat tenaga, dia berlari mengejar
kemana layang-layang itu pergi. Ayahnya berusaha mendampingi dari belakang,
mengikuti arah layang-layang dan gadis itu berlari.
Bahwa sesuatu itu harus diperjuangkan. Terlepas dari kekhawatiran atau
rasa pesimis yang melanda, harapan akan kemungkinan itu tentunya masih akan
tetap ada. Tidak akan ada ketidakmungkinan, selagi masih ada usaha dan doa.
Namun gadis itu menyadari bahwa langkah kakinya tak mampu mengimbangi
cepatnya gerak angin yang membawa layang-layangnya. Hingga akhirnya
layang-layang itu jatuh di suatu tempat dan diambil oleh anak lain. Lantas gadis itu hanya terdiam.
Bulir-bulir air mata kembali jatuh di pipinya.
Sang ayah mengusap air mata itu dengan tangan lembutnya. Menepuk bahu
gadis kecil yang masih sendu itu. Lalu menyuruhnya untuk melihat anak yang
menemukan layang-layangnya tersebut.
Dilihatnya, anak yang menemukan layang-layang tersebut, begitu ceria. Anak itu berlarian menerbangkan layang-layang tersebut sambil melepas tawa.
Dengan lega gadis itu merasa bahwa layang-layangnya kini sudah berada di tangan orang yang lebih tepat. Lalu
gadis kecil tersebut tersenyum, sembari dipapah ayahnya untuk pulang.
Apa pun yang dimiliki, sebenarnya merupakan titipan dari Sang Ilahi.
Jadi kapanpun diambil, suka atau tidak suka, harus rela memberikannya. Karena
semua yang kita miliki sebenarnya adalah titipanNya. Kewajiban kita adalah
menjaganya, namun ketika titipan itu diminta, harus mengembalikannya.
Percayalah, Tuhan tidak akan pernah diam. Sesuatu yang telah pergi
atau hilang itu kelak akan digantikan. Entah dengan kembali, berganti yang baru,
atau ditukar dengan yang lain.
Dan pada akhirnya, sekarang gadis kecil yang mulai tumbuh dewasa itu
menyadari, tentang apa sesungguhnya arti memiliki. Lewat kenangan sebuah
layang-layang.